Kamis, 19 Februari 2015

Love Letters


Judul: Love Letters
Penulis: Ferly Arianto
Penerbit: Self-Publish

Ketika baca deskripsi di grup BBI tentang buku ini aku ngerasa kaya “ih aku harus dapet buku ini. Aku harus dapetin. Pengen baca banget” karena honestly aku tertarik banget dengan ide surat-surat itu, belum baca aja rasanya aku udah ngebet pengen baca.
Dan ternyata setelah baca, er bagaimana yah lil bit mengecewakan buat aku karena aku gak nemuin sesuatu yang aku pengen baca itu. Aku merasa hampa banget.

Buku seperti ini gak aku banget, mungkin karena ‘gak-aku-banget’ makanya kerasa hampa. Walaupun aku suka-suka-suka banget baca puisi dan kisah cinta tapi rasanya aku gak dapet feelnya di buku ini. Entah dibagian mana yang salah, aku gak merasakan sesuatu yang aku pengen banget rasakan ketika baca buku ini.

padahal aku kira buku ini bakalan berisi surat yang ditulis orang tua pengarang. Ketika aku baca halaman dalam kenangan rasanya itu kaya nyess, nah ini yang aku cari, saying banget itu Cuma dua halaman dan berakhir-abis. Padahal bakalan lebih bagus kalau penulis fokus ke kisah cinta ke dua orangtuanya karena kayaknya itu jauh lebih powerfull dari kisah-kisah lain yang ada di buku ini.

Tapi aku suka banget satu puisi dengan judul The One. Reminds me of abang. Hahahaha. Rasanya adem aja ketika baca puisinya. Mungkin teringat gimana kalau aku gak ditemukan oleh dia /uwuuuuw/

Duh aku kok nulis begini sih-_-

Ini murni pendapat pribadi secara subjektif. Mungkin karena buku ini memang gak aku banget makanya resensinya jadi kacau begini. Udah kacau telat lagi.

Dan by the way aku suka sekali gambar-gambar bungan di dalam bukunya. Cantik dan rasanya pas disandingkan dengan puisinya.

Rating => 7,1



LanjuuuuutLove Letters

Senin, 14 April 2014

Catching Fire


Judul        : Catching Fire
Pengarang    : Suzanne Collin
Genre        : Dystopian
Tebal        : 420
Penerbit     : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan      : XIII. Desember 2013
ISBN         : 978-979-22-9946-5
Tanggal Beli : 1 Maret 2014

Api pemberontakan sudah tersulut. Dan Capitol ingin membalas dendam.

Katniss Everdeen berhasil keluar sebagai pemenang Hunger Games bersama Peeta Mellark. Tapi kemenangan itu menyulut kemarahn Capitol. Kemenangan Katniss ternyata membangkitkan semangat pemberontakan di beberapa distrik untuk menentang kekuasaan Presiden Snow yang kejam.

Presiden Snow mengancam Katniss untuk meredakan kegelisahan penduduk distrik dalam tur kemenangan-nya. Satu-satunya cara untuk meredakan kegelisahan penduduk adalah membuktikan bahwa dia dan Peeta saling mencintai tanpa ada keraguan sedikitpun. Jika gagal, keluarga dan semua orang yang disayangi Katniss menjadi taruhannya....

Opiniong :))

Jauh lebih berwarna dari buku kesatu.

Aku tau kalau aku udah telat banget baca buku ini. Filmnya udah keluar dua dan malah udah dapat sambutan bagus dan aku masih on proses bacanya. Mau buat resensi Mocking Jay tapi rasanya males banget

Catching Fire.

Tersulut.

I have no idea soal quarter quell, itu bener-bener surprising banget buat aku. Peserta quell diambil dari para pemenang yang masih hidup. Dan wow, kekejaman Capitol terasa banget.
Penggambaran di buku ini juga terasa lebih err menusuk. Aku rasanya juga bisa nyium bau anyir dari mawar Presiden Snow atau rasanya aku juga bisa ngerasain gimana depresinya Katniss waktu quell diumumkan.

Anyway, Finnick Oddair terlihat keren. Sayang banget aku belum nonton pilmnya dan belum lihat gimana pakaian Finnick. Damn. He must be so damn awesome with that net XD

Aku sih sebenrnya gak menaruh perhatian pada bagian I buku ini. Karena ceritanya cenderung membosankan dan ngebuat aku pengen balik halaman walaupun 1halaman itu belum abis dibaca. 1 hal yang membuat aku bertahan adalah cerita antara Katniss dengan Gale.

Aku sih sempet kesel sama Katniss. Kok bisa sih dia menggantungkan Peeta dengan Gale. Mana keduanya oke-oke lagi. Walaupun aku ngerti sisi Katniss yang dari kecil aja bahkan udah kehilangan rasa aman dan cinta dan apalagi dia udah harus jadi segalanya sejak ayahnya meninggal dan juga ancaman Capitol tapi tetep aja, rasanya terlalu jahat dan rakus ketika dia ingin Gale sekaligus Peeta. Dan di arena Katniss juga nyebelin. Dia mungkin gak bisa mengartikan nasehat Haymitch soal “ingat siapa saja musuhmu”

Hunger games ke 75nya berlangsung dengan seru. Kelewat seru malah kalau menurut aku. Cara bertahan hidup, jebakannya, siksaannya, temanya dan cara pembunuhannya. Lebih berwarna dan yah seru. Mungkin karena ini yang bertarung para pemenang semua. Anyway, pemikiran buat pakai kawat itu bener-bener dewa. Aku bahkan gak kepikiran bakalan berakhir kayak gitu. (damn, i have to keep my self from reading the last chap first)sebenernya sih awalnya aku pengen baca akhirnya dulu buat menenangkan hati karena ga sabar banget buat buat tau endingnya._. tapi untung ga jadi, karena itu adalah suatu kesia-siaan.

Aku juga suka cara Suzanne menggambarkan setiap pemenang dan rasanya setiap pemenang bener-bener menggambarkan distriknya. Johanna dengan kapaknya atau Finnick dengan trisulanya (bikin inget Percy) atau Beetee dengan kawat-kawat. Beberapa yang gak nyambung contohnya Katniss yang bisa manah padahal kerja di tambang atau Peeta yang bisa menghias kue XD rasanya mereka benar-benar distrik itu sendiri. Dan itu menrupakan hal yang menyenangkan buat aku.

Aku suka banget sama Finnick. Apalagi kisah cintanya. Yah, dibandingkan sederet kekasihnya di Capitol, Finnick lebih memilih gadis gila di kampung halamannya. Damn! if only i have someone just like Finnck.

Buku ini akhirnya bikin kesel. Gantung banget. Bikin penasaran. Tapi overall, buku ini menarik, bahkan jauh lebih bagus dari buku satunya. Buku ini jauh lebih berwarna dan terasa sangat hidup.

But Gale is not one to keep secrets from me. “Katniss, there is no District Twelve.”

Rating : 8,3

Sebenernya aku kesel banget pas lihat buku ini. Padahal udah bela-belain beli boxsetnya supaya gak dapet cover film. Pas dibuka ternyata buku duanya koper pilm. Bikin bete deh. Jadi gak seragam gitu kopernya.



LanjuuuuutCatching Fire

Menanti Cinta



Judul        : Menanti Cinta
Pengarang    : Adam Aksara
Genre        : Novel, romance
Tebal        : 226
Penerbit     : Mozaik Indie Publisher
Cetakan      : Februari 2014
ISBN         : 978-602-14972-3-4

Cinta tak akan pernah membebani, baik bagi yang dicintai, maupun yang mencintai. Karena cinta adalah sebuah keagungan yang melembutkan hati dan mencerahkan kehidupan bagi yang memilikinya.


Alex berhasil memiliki kekayaan meski terlahir cacat. Ia sadar, seperti cacatnya, ada hal yang tidak pernah akan dimilikinya dalam hidup. Cinta adalah salah satunya. 

Namun, cinta menjeratnya dalam diam dan menawarkan sebuah hasrat terpendam. Kini, ia hanya dapat mencintai dan terus mencintai, tak berdaya menolak pesonanya.

Claire terlahir berlumur kemiskinan dan penderitaan. Semua yang diinginkannya hanyalah sebuah tempat untuk dapat berteduh dan lepas dari cengkraman orang tuanya.

Ia tahu, cinta dan kebahagiaan adalah sebuah kemewahan. Ia tidak berani menginginkan mereka. Ia tidak ditakdirkan untuk bahagia.
Cinta mempertemukan mereka. Menjerat mereka dalam mimpi kebahagiaan yang seolah tak pernah berakhir bagi kehidupan mereka. Bersama Alex, Claire berani mulai bermimpi dan mencoba mempercayai, kebahagiaan pantas untuknya.

Namun...

Alex menyimpan rahasia gelap demi mempertemukan mereka, Claire menyimpan rahasia yang membuat mereka tidak akan pernah bersatu. Takdir mendekatkan dan menjauhkan mereka. Cinta juga yang menghanyutkan dan menenggelamkan mereka dalam penantian, kehampaan dan kesakitan. Semuanya atas nama cinta dan kasih sayang.

Apakah cinta akan dapat mempersatukan mereka kembali?


Opiniong =>

Cinta tak pernah membebani
Ia meringankan yang memilikinya

Ada aku thanks to nya >// mueheh, bukan aku pribadi sih. Tapi BBI.

Aku baru tau kalau ini semi-fiksi pas mau buat resensinya. Dan yang terpikir sama aku adalah “damn, Claire beneran ada. Jadi kisah selebay ini beneran ada.”

Oke.

Sebuah buku dengan karakter yang lebay di negri antah berantah. Itu satu-satunya hal yang aku pikirkan ketika aku mulai baca buku ini.

Awalnya bikin bingung dan gak jelas. mungkin mau seperti pembuka ‘Lelaki Terindah’ tapi malah jadi aneh. Dan nyusahin pembaca-emm, mungkin hanya aku- karena aku malah berpikir, siapa sih si aku ini dan yah si aku ini gambarannya tidak jelas.

Penokohan di buku ini terkesan sangat lebay. Claire yang hidupnya udah kayak gak hidup lagi dan terkesan mustahil ada Claire di dunia ini dan Alex yang wew, dibilang sempurna sih dia kakinya cacat, tapi dia seperti sempurna banget di bidang lain, dan itu mustahil dan aneh. Terutama kesempurnaan di bidang kimia, apaansih. kok ngambang banget penggambaran tokokhnya, yakali si Alex dosen umur 20an mana gak jelas lagi kimianya di bidang apa. Ceritanya terlalu jauh buat aku.

Jalan ceritanya juga. Lebay banget. Aku tau sih kalau cinta kita bakalan ngelakuin apa aja buat yang disayangi, tapi cara Alex, terlalu aneh dan mustahil. Semakin ngebuat aku berpikir ini buku yang lebay banget. Yakale bisa semabarangan masukin orang ke Penjara. Rasanya seperti dunia mimpi dan yah somehow Adam Aksara terkesan baru banget di dunia penulisan dan aku mulai berpikir kalau-kalau aja Adam Aksara suka baca fanfiction :hammers karena cerita ini khas author fanfic yang baru banget belajar buat FF

Ada beberapa bagian yang menurut aku gak banget dan iwh banget. Bagian Claire buka baju cuma demi Alex, supaya Alex bisa lihat cewek telanjang, plis deh apa gunanya bokep*plak. Damn. menjijikkan banget sih, aku bahkan sempet berhenti buat baca bukunya dan finish sampe di situ aja. Yaiks. Apalagi rekasi Alex, damn yang aku bayangin Alex itu seperti om-om nyuruh Claire buat lebih terbuka lagi. Terlalu lebay dan aku udah gak sanggup untuk menerima asupan kelebayan lebih dari itu. Hii. Tapi, aku survive dan baca sampai tamat. Satu lagi bagian si Claire pulang pesta lalu nangis-nangis karena dibilang simpanan, lalu tiba-tiba mereka jadian malam itu. Gak ada perasaan di sana yang kerasa sama aku masi terlalu lebay juga._.

Nooo. THIS LEBAYNESS KILLING ME. NOOO. MY EYES MY EYES

Mungkin Adam Aksara sih gak bermaksud buat melebih-lebihkan ceritanya. Hal lain yang salah adalah pemilihan diksi yang kurang tepat sehingga ngebuat bosan dan aneh. Apa itu menyolong? Entahlah.

Dan endingnya. Err, entahlah. Stiil have no ‘sesuatu yang bikin greget’ kok aku gak nangis yah pas kematian Alex yang menurut aku tragis banget di mana dia bahkan gak pernah bertemu sama Claire dan cerita sama Claire soal semuanya. Aku heran kenapa aku gak nangis(padahal baca pengakuan Nico kalau dia gay aja aku nangis) mungkin bang Adam harus lebih memaknai ceritanya dan menghilangkan banyak hal yang terlalu lebay serta memilih diksi yang menggambarkan semuanya secara lebih jelas dan menyentuh.

Overall, kisahnya bagus, cara pengemasannya buruk. Aku juga gak bisa nulis sih, mungkin kalau aku disuruh nulis, ceritanya malah bisa lebih parah dari ini._. tapi kalau soal baca-membaca aku bisa dibilang udah pro, segalanya udah aku baca dan buat ngereview ini aku udah keluarin seluruh kemampuan aku. Aku jarang banget sih nulis review jelek. Tapi ya sudahlah.

Bisa coba beli di www.mozaikindie.com


Rating : 7,0 
LanjuuuuutMenanti Cinta

Jumat, 11 April 2014

The House of Hades



Judul        : The House of Hades
Pengarang    : Rick Riordan
Genre       : Novel, Fantasy
Tebal        : 627
Penerbit     : Mizan Fantasy
Cetakan      : Februari 2014
ISBN         : 978-602-1606-84-1
Tanggal Beli : 7 April 2014

Semua pilihan mengandung resiko.
Kau boleh percaya... atau mengabaikannya?
Tapi ingat, apa tujuanmu?

Setelah terjatuh ke dunia bawah, Percy dan Annabeth disiksa oleh rasa lapar dan dahaga serta suara tangisan tak terperi yang membuat pikiran mereka kacau. Tak hanya itu, para monster yang telah mereka bunuh pun bermunculan, bermaksud membalas dendam. Sementara di langit, kru Argo II mati-matian mempertahankan kapal dari serangan para putra Gaea, kura-kura raksasa dan seorang Dewa berkaki busuk.

Di tengah, petualangan menantang itu, kecerdasan dan jiwa kepemimpinan mereka ditantang. Pilihan harus diambil, keputusan besar harus dibuat, sedangkan kematian menghantuidan masa depan dunia menjadi taruhan. Akankah mereka membuat keputusan yang tepat?

My opiniong =>

Oke, first di sini bakalan banyak spoiler karena jujur aku shock banget. Bakalan banyak hal alay beretebaran karena aku emang lebay banget.

Biarkan aku maki-maki dulu.

Padahal aku udah mati-matian buat gak baca epub inggris gratisannya supaya dapet feelnya pas baca terjemahannya. Aku udah nahan sejak oktober kemarin. Damn. Tapi malah dapet kabar buruk dari karakter kesayangan. Iya aku emang alay banget. Iiihhh. Ngeseliiin deh pokoknya. Kesal sumpah. Marah juga, pengen banting buku juga. Kecewa banget.

Tbh, aku gak terima Nico jadi kek gitu, gak terima. Gak iklas. Gak asik deh uncle rick. Sumpah gak asik. Iwwwh.
See, gue gak bisa buat review tanpa marah-marah dan ngerasa bete gini. Tapi, lemme try.

Bukunya gimana?

Bagus. Bagus banget malah. Aku pikir ini salah satu buku kesukaan aku dari 4 seri yang lalu.

Penggambarannya terasa jelas, khas Riordan banget. Ada banyak makhluk mitologi terbaru yang aku bahkan belum pernah denger namanya. Dan yah, aku membayangkan tartarus seperti infernonya Dante. Mungkin karena siap baca inferno dan masi mirip-mirip gitu kali yah. Penggambaran soal Tartarus detil banget, sampai aku ngebayanginnya gimana gituu. Damn, akupun bingung gimana mungkin Gaea bisa punya anak bareng Tartarus yang gak jelas begitu XD

Cara penceritaan? Menurut aku sih, buku ini jauh lebih baik dari Mark of Athena yang entah kenapa buat aku terlalu membosankan dan gak bikin greget. Dengan 5 POV menurut aku cerita ini lebih mudah dicerna dan lebih gimana gitu. Cuma gak tau kenapa aku rasanya pengen skip pov annabet dan percy muluk. Mungkin karena udah bete juga kali ya sama pemeran utamanya? Pokoknya bagian di mana gak ada Percy dan Annabeth terasa lebih menyenangkan. Huehehe XD

Tentang bagian-bagiannya? Damn ada 2 bagian yang membekas banget dan aku ulang lagi baca bagiannya setelah tamat baca bukunya.

Bagian Nico dan cupid. Damn. Rasanya bahkan aku gak sanggup bacanya, sumpah rasanya kayak denger temen lu sendiri dipaksa came out padahal dia gak siap. Sediiih. Sakiit. Nyeseek. Hampir pengen nangis sih mikirin Nico doang. Apalagi pas dibagian terakhir “Beruntungnya Annabeth mempunyai teman untuk mengarungi Tartarus. Nico harus mengarunginya sendirian.” Damn! Berasa lagi baca twilight epilog eclipse. Sumpah nyeseek. (iya kok, alay gini sih._.)riordaaan, i can’t accept this. Gue benci. Benci. Kesal. Marah. Damn you!

Dan yah bagian Leo dengan calypso. So sweet banget>//<. Ah dear, if you ever fight for me like Leo fights for Calypso. I will be the happiest person in this world. Oke malah curcol. Ih, ini bagian yang buat aku seperti true love gitu deh, bagian percy dengan Annabeth yang panjang-panjang rasanya nothing kalau dibandingkan dengan Leo dan Calypso. “Im coming back for you, Calypso,” he said to the night wind. “I swear it on the River Styx.” This remainds me of ..an oath to keep with a final breath’if i have someone like Leo, if i have..

Oke sekian deh, pokoknya buku ini bagus. Bagus abnget. Walaupun aku masih kecewa banget dengan Riordan soal Nico, tapi aku gak bakalan subyektif dan buat nilai bukunya jatuh.


Rating 9,0
LanjuuuuutThe House of Hades

Rabu, 25 Desember 2013

Resensi: Mahogany Hills



Judul        : Mahogany Hills
Pengarang    : Tia widiana
Genre        : Amore
Tebal        : 339
Penerbit     : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan      : I. Mei 2013
ISBN         : 978-979-22-9584-9

STATUS       : Hadiah. 9 Desember 2013


Jagad Arya dan Paras Ayunda mendapatkan kehidupan yang mungkin diharapkan oleh semua pasangan pengantin baru. Segera setelah menikah, mereka tinggal di rumah bernama Mahogany Hills, di pelosok pegunungan Sukabumi yang sejuk dan indah.

Yang membedakan Jagad dan Paras dengan pasangan pengantin lainnya adalah mereka menikah bukan karena cinta. Baik Jagad maupun Paras punya rahasia yang mereka pendam. Kesepian, amarah, dan penyesalan bercampur aduk dengan rasa rindu dan kata cinta yang tak pernah terucapkan—semua itu senantiasa menggelayuti Mahogany Hills.

Dengan caranya masing-masing, Jagad dan Paras berjuang untuk menghadapi satu pertanyaan yang pada suatu titik harus mereka jawab: Sanggupkah mereka bertahan dalam pernikahan yang tak sempurna itu?


Opiniong =>

First, thanks to Gramedia buat kiriman bukunya, gak nyangka deh. Padahal aku cuma iseng-iseng doing ikutnya, eh ternyata malah beruntung. Anyway, aku dapet kiriman 3 buku, 2 genrenya amore dan 1 genrenya metropop.

Awalnya bingung sih, aku baca synopsis belakang cerita amore dan ternyata gak jauh beda dengan jalan cerita buku bergenre metropop. Jadi aku mendapat kebingungan soal genre amore ini-_- tapi setelah aku baca bukunya, aku baru dapet kesannya, kalau Amore ini semacam Harlequin yang lebih tebal atau malah amore ini sejenis script sinetron :hammer
Oke, ayo bahas bukunya.

Mahogany Hills.


This book is so fanfiction. Buat orang yang udah kenal seluk-beluk fanfiction, gak susah kok ngebedain fanfiction sama cerita asli. Ataupun kalau ini bukan fanfiction, idenya pasti diangkat dari salah satu fanfiction <= sotoy.
Tema dari buku ini Wedding-Life. Salah satu tema ‘pasaran’ kalau di dunia perfanfictionan. Cuma di buku ini, konflik yang dimasukkan lumayan banyak dengan jalan cerita yang nyangkut disana-sini, membuat buku ini “rumit” dengan caranya tersendiri. 

Namun, cara penuturan cerita kak Tia, ngebuat buku ini mudah dimengerti bahkan oleh adek aku yang kelas 2 smp (Oh God, aku udah larang dia baca, tapi dia tetep ngotot).
Ada beberapa hal yang janggal buat aku. Terutama di penokohan karakter.

Karakter Paras, bisa dibayangin gak dia yang perfect banget itu? Mary Sue banget. S2 si cambridge, pandai masak, pandai nyuci, anak orang kaya dan sabaar banget. Ini bikin aku merasa bosan dengan Paras. Dan karakter Paras ini juga gak konsisten-__- siap dia amnesia lalu karakternya jadi berubah gitu? Kok aneh sih._. sebelumnya dia baaiiiik banget, siap kena amnesia dia jadi terkesan liar dan jahat. Atau cuma aku yang ngerasain.

Karakter Nadia. Kok dia bithci banget sih? Apa kak Tia bener-bener pengen buat cerita ini ala sinetron, dimana tokoh protagonis yang baik banget dan antagonis yang jahat banget.

Dan satu lagi, ada banyak karakter yang menurut aku cuma pelengkap cerita doang, seperti yah gak ada gunanaya dia ada di buku itu. Kayak temen-temennya Jagad, Adrian, Mama, papa dan ibu. Cerita ini sempurna cuma tentang Jagad sama Paras dan Nadia di beberapa side.

Jalan ceritanya bagus. Tapi ada beberapa hal yang menurut aku ngebuat buku ini yah ‘rumit’ dengan caranya tersendiri, overall aku suka sih. Kecuali bagian Paras amnesia, kok bisa amnesia sih? Are this kidding me? Aku kira Paras bakalan meninggal atau jadi stress begitu :hammer tapi amnesia? Kenapa rasanya so Indonesia yah._. bakalan lebih greget kalau misalnya Paras minta cerai terus nanti balikan di bantu sama ortunya mereka berdua. (oke, sekarang aku mulai berasa jadi penulis) dan entah karena aku jarang baca romance-tapi kayaknya sih enggak, aku kan penggila fanfiction- aku gak ngerasain sedikitpun emosi di buku ini :hammer mungkin aku emang udah mati rasa.

Tapi, untuk keseluruhan aku suka deh. Cerita ini rumit tapi dituturin dengan bahasa sederhana dan kata-kata ‘pasaran’ jadi gak bakalan susah buat kita mengerti alurnya. Dan juga buku ini bener-bener gak ketebak (iya, apalagi bagian amnesianya._.)walaupun aku udah tau akhirnya mereka bakalan bersama (tipikal romance) tapi jalan cerita bener-bener unpredictable.
Satu lagi yang ngeselin, epilognya apaansih? Absurb banget sumpah. Lebih bagus kalau gak ada epilognya


Rating : 7 dari 10
LanjuuuuutResensi: Mahogany Hills

Sabtu, 23 November 2013

Bad Romance


Pengarang        : E. Zazi
Genre            : Novel, Romance, school-life
Tebal            : 250   
Ukuran           : 13 x 20
Penerbit         : Stiletto Book
Cetakan          : I. Juli, 2013
ISBN             : 978-602-7572-16-4
Tanggal Beli     : 4 November 2013

Adithya Putra Ramdhani adalah remaja SMA yang tomboi. Ya, dia perempuan, bahkan cukup manis sebenarnya. Dia sangat membenci namanya. Dia yakin namanya ini sangat berpengaruh pada perilaku, kehidupan, dan juga problematika cintanya.

Adithya sangat ingin memiliki pacar karena dia sudah bosan dengan kehidupannya yang selalu disamakan dengan laki-laki. Dia ingin membuktikan kepada teman-temannya, juga kakak-kakaknya, kalau dia adalah perempuan tulen yang pantas mendapatkan pasangan.

Hopla! Dia melakukan berbagai cara jitu untuk tebar pesona. Betapa bahagianya ketika usaha-usahanya mulai menampakkan hasil, dia bahkan menjadi rebutan dua orang cowok sekaligus! Namun, sayang sekali ternyata dia harus mengakhiri semuanya karena....

Karena apaaa??


Opiniong =>

Thank God. Finish tanpa metode skimming.

Err, at all buku ini lumayan.

Awal baca aku ngerasain kayak gimana gituu, ada yang hilang dan buku ini ngebosenin banget. Ya Tuhaan, aku gak nyangka kalau akhirnya aku bisa tamat baca nih buku.

Pertengahan. Bukunya mulai berasa asik, iya asik. Aku suka banget cara pembagian bab nya. Dan aku udah nemuin something that attract me so much. Lidia. Well, awalnya kira dia lesbi lol.

Bagian akhir. Aku baca bagian ini cuma 1 jam, dari bangun tidur jam set 6 sampai siap-siap buat pawai 1 muharram jam setengah 7. Kenapa aku ngebet banget bacanya? Karena aku penasaran banget, gimana sih nasib si Adith u,u

Ending buku ini juga bagus, gak mutusin cerita di satu sisi aja dan akhirnya ini bisa memancing semacam sequel gitu.

Ada beberapa hal yang mengganjal di aku pas ngebaca buku ini. Gimana mungkin sih Zazi ngebuat penjelasan yang sebenarnya gak penting-penting amat-__- kayak kalau si adit itu bunglon di sekolah pakai kerudung, di rumah enggak. So what? Gak ada nyambung keceritanya juga kan? Terus keterangan tentang kota-kota yang menurut aku janggal banget-_- hell yah, aku masih gak ngerti fungsi dia nerangin kota itu, aku jadi malah berpikir kalau si Adith in chauvinis. Dan juga zazi bertele-tele dalam bernarasi, aku jadi ngerasa kayak dengerin curhat.

Cara penyampaian pov nya juga kurang begitu real, kadang kelihatan si adit lagi kayak bicara sendiri. Dan aku bingung buat ngertinya.

Dan satu yang ngeganjal banget, hell yah si Adith ini kenapa di sini di gambarin kaya jomblo desperate tingkat dewa banget sih, dan ini menurut aku LEBAY BANGET. Gak segitunya kalee, aku pikir bakalan jauh lebih keren kalau aja zazi ngambil tema mainstream (iya mainstream) si cewek jatuh cinta dan berusah ngegaet si cowok dengan melakukan perubahan. Ini malah si adit terkesan kegatelan banget cari-cari pacar-__- *imo yaa ini based on real life loh. Gak ada cewek yang desperate adith.

Apa yang ngebuat aku masih bertahan buat baca buku ini? School life nya yang bener-bener real, gak kaya teenlit alay, dimana si pemeran utama tiap pulang sekolah ke mall pake ferrari-_-. Di buku ini school-life bener-bener kerasa, nongkrong di musholla *lol ngegosipin cewek lain sekelas, punya temen dan sahabat, traktiran bahkan sampe kenal sama penjual makanan. Jarang banget ada buku yang kayak gini, biasanya school-life diisi oleh kejadian-yang-tak-mungkin-ada-di-dunia-nyata.

Lalu, yah sesuai dengan yang aku bilang tadi, pas di pertengahan buku kan si adith deket sama Lidia tuh, awalnya aku mikir, kok si lidia mau sih deket-deket si adith-_- yah karena kebiasaan maka aku kepikiran mungkin aja sih si lidia lesbi *hii
Dan juga satu lagi cover buku ini catchy banget, aku jamin aku pasti bakalan tertarik buat beli buku ini kalau aku seorang penyuka teenlit.

Rating : 7,3
LanjuuuuutBad Romance

Jumat, 11 Oktober 2013

Dan Brown's Inferno


Judul Buku   : Inferno
Pengarang    : Dan Brown
Genre        : Thriller, petualangan, scien-fic
Tebal        : 463
Penerbit     : Mizan
Cetakan      : I. May 2013
Tanggal Beli : 28 September 2013

In the heart of Italy, Harvard professor of symbology Robert Langdon is drawn into a harrowing world centered on one of history’s most enduring and mysterious literary masterpieces. Dante’s Inferno.

Against this backdrop, Langdon battles a chilling adversary and grapples with an ingenious riddle that pulls him into a landscape of classic art, secret passageways, and futuristic science. Drawing from Dante’s dark epic poem, Langdon races to find answers and decide whom to trust . . . before the world is irrevocably altered.

Opiniong =>

Mengejutkan. As always.

Awal bacanya kelihatan gak menarik, yah kurang lebih kayak Da Vinci Code lah.

At all, buku ini menceritakan tentang pengalaman Langdon dalam berusaha menyelamatkan dunia. Yah sekarang konteksnya udah gede banget, kalau dulu masih kecil seperti para katolik sekarang konteksnya udah pake seluruh dunia. All around the world.

Twist di buku ini bener-bener mencengangkan, gak kayak The Lost Symbol yang twistnya udah ketebak sejak awal-_- aku bahkan sempet ngira si Ferris itu gay :betty yaiks yaiks yaiks. Aku baca paragraf keterangannya itu, err sumpah menjijkkan banget.

Seperti biasa, karya Dan Brown gak pernah gak memukau. Walaupun aku harus baca setengah-setangah karena lagi sibuk banget (dan sekarang pun masih belum sempet baca ulang:3) tapi tetep aja fellnya dapet.

Dan Brown seperti yang dulu, gak pernah puas kalau gak nerangin seluruh keadaan. Bahkan sampe merk jaket, jam tangan dan bahkan merk mobil yang lewat didepan tokoh pun di jelaskan. Yah, itu bukan masalah sih buat aku, malahan aku suka kalau deskripsinya jadi panjang begitu, soalnya semuanya jadi berasa jelas XDD dan aku bisa membayangkan tempatnya secara JELAS.

Satu-satunya hal yang sedikit mengecewakan di buku ini cuma twistnya yang dijelaskan Cuma 1 bab. Hell, Dan Brown yang hobi nulis deksripsi sepanjang jalan kenangan Cuma nulis bab solution dalam 1 bab err, ini bener-bener gak adil. Tapi, aku sih masih tetep aja suka dengan buku ini.

Ending di buku ini bener-bener mengejutkan, aku sih gak percaya kalau Dan Brown berani ngambil ending ini. Aku kira mereka bakalan berhasil “menyelamatkan” dunia, tapi yah ternyata mereka emang berhasil dengan cara mereka yang lain.

Rating : 8,9

Aku Cuma beli soft covernya, gak ada uang buat beli hardcovernyaaa. Terus mizan kenapa sih cetak da vinci code versi saku? Jadi berkurang deh ke “wah” an bukunya.


LanjuuuuutDan Brown's Inferno